Angkringan, Tempat Makan Pinggir Jalan yang Terkenal Se-Nusantara

Selain aneka lauk, ditambah juga nasi kucing. Kehadiran nasi kucing ini malah menggeser pamor terikan, ini asal dari nasi kucing di angkringan.

Editor: Geafry Necolsen
KOMPAS
Selain aneka lauk, ditambah juga nasi kucing. Kehadiran nasi kucing ini malah menggeser pamor terikan, ini asal dari nasi kucing di angkringan. 

Angkringan, Tempat Makan Pinggir Jalan yang Terkenal Se-Nusantara

TRIBUNTRAVEL.COM - Angkringan memang identik dengan kota Yogyakarta.

Kota Yogyakarta memang memiliki beragam angkringan legendaris yang menjual makanan khas seperti nasi kucing hingga kopi jos.

Namun, siapa sangka angkringan ternyata bukan dari Jogja.

Melansir Kompas, Gunadi dan Suwarna selaku founder ikon Desa Cikal Bakal Angkringan, mengungkapkan bahwa angkringan diciptakan warga Klaten Eyang Karso Dikromo dari Desa Ngerangan.

Angkringan lahir dari inovasi Eyang Karso Dikromo, yang masa mudanya akrab dipanggil Jukut. Mbah Karso yang berasal dari Desa Ngerangan, Klaten tahun 1930-an merantau ke Solo saat umur sekitar 15 tahun.

"Alasannya karena ayahnya meninggal dunia, sebagai sulung dari empat bersaudara Mbah Karso merasa bertanggung jawab untuk menghidupi keluarganya," ungkap Suwarna.

Sesampainya di Solo ia bertemu dengan Mbah Wono, pertemuan dengan Mbah Wono merupakan awal dari sejarah angkringan.

Awal mula angkringan

Bekerja dengan Mbah Wono sebagai penggembala kerbau dan membantu membajak, Mbah Karso juga berkenalan dengan pejualan makanan terikan (makanan dari Jawa Tengah dengan kuah kental dengan lauk tempe atau daging).

Di waktu yang bersamaan dirinya bekerja dengan Mbah Wono, Mbah Karso juga ditawari ikut berjualan terikan. Bermodalkan pikulan tumbu (alat untuk berjualan makanan) Mbah Karso mulai bisnis makanan.

Setelah ikut berjualan terikan pada 1943, Mbah Karso mendapatkan ide untuk menjajakan minuman. Bertujuan agar pembeli bisa melegakan dahaga saat makan.

Dari ide itu Mbah Karso sedikit memodifikasi pikulan jualannya. Bagian depan untuk makanan, bagian belakang untuk ceret minuman.

Dari berjualan dengan pikulan ini Mbah Karso mengajak warga dari desanya ikut berjualan sepertinya.

Dahulu yang hanya terikan ditambah juga makanannya seperti jadah bakar, singkong, getuk, kacang, dan aneka sate yang ada sampai sekarang. Macam-macam lauk dimasukkan dalam wadah dari daun pisang yang disebut takir.

Selain aneka lauk, ditambah juga nasi kucing. Kehadiran nasi kucing ini malah menggeser pamor terikan, ini asal dari nasi kucing di angkringan.

Baca juga: 5 Fakta Unik Nasi Kucing, Kuliner Paling Banyak Dicari di Warung Angkringan

Nama asal dari angkringan di Solo adalah warung hik.

Asal muasal nama unik ini memiliki beragam versi.

"Ada yang menduga dari cara penjualnya menjajakannya dengan sahutan 'Hiyeek!'. Ada yang bilang pembelinya sendawa seperti itu. Versi lainnya saat penjual tersandung mengatakan 'hiyek!'. Jadi tidak pasti asal kata 'hik' itu," ungkap Suwarna.

Kepopuleran warung hik di Solo pada 1940-an akhirnya merambah ke Yogyakarta pada 1950an, baru nama angkringan lahir.

Penyebaran angkringan di Indonesia

Kata angkringan sendiri lahir dari Yogyakarta.

Selain angkringan, sebutan lainnya dari Yogyakarta adalah wedangan, warung koboi, dan sego kucing.

Setelah dari Yogyakarta angkringan juga ada di Semarang.

Karena Yogyakarta banyak pendatang akhirnya angkringan meluas di Indonesia.

Pada 1970-an, pedagang angkringan beralih dari pikul menjadi gerobak.

"Itu karena kalau kesandung air panas tumpah ke kaki, salah satu penjual yang membuat ide menggunakan gerobak. Baru jadi gerobak seperti sekarang tahun 1980an," tutur founder ikon Desa Cikal Bakal Angkringan.

Era 1990-an hingga kini, angkringan menyebar di seluruh Indonesia, sebab banyak pendatang di Yogyakarta.

Perkembangan angkringan sekarang tidak hanya di Indonesia. Gunadi dan Suwarna mengatakan bahwa ada mahasiswa dari Yogyakarta menjual angkringan di Jepang, US, Swedia.

Pada tahun ini tepatnya 26 Februari, Desa Ngerangan resmi menjadi Desa Cikal Bakal Angkringan.

Editor: Geafry Necolsen

Sumber: Kompas.com
Ikuti kami di
6041 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved